Prioritas Bank Dunia Adalah
Menghapuskan Kemiskinan di Dunia dengan Target Optimis.
Akuntan profesional yang memiliki
kualifikasi sesuai standar internasional mutlak diperlukan guna mendukung
pembangunan ekonomi untuk memberantas kemiskinan dan mendistribusikan
kemakmuran di seluruh dunia. Secara individu, kualifikasi itu juga akan
mendukung pengembangan karier seorang akuntan profesional di dunia bisnis.
Berdasarkan Report on Observance of Standards and Codes (ROS) Bank Dunia,
menyebutkan Indonesia memerlukan banyak akuntan profesional untuk mendukung
pertumbuhan ekonominya. Karena itu, Bank Dunia mendukung agar profesi akuntan
di Indonesia dapat mencapai standar internasional. Keberadaan akuntan
profesional dalam bisnis menjadi krusial karena Bank Dunia berkepentingan
membangun masyarakat yang berlandaskan kepercayaan dimana tujuan akhirnya
adalah memberantas kemiskinan.
Branding Kantor Akuntan Diyakini Tingkatkan Kompetensi
Akuntan.
Menurut
Christina, prioritas Bank Dunia adalah menghapuskan kemiskinan di dunia dengan
target optimistis menurunkan kemiskinan hingga level terendah pada 2030.
Berkurangnya angka kemiskinan, lanjut dia akan berimplikasi pada kemajuan
perekonomian. Kondisi itu akan membuat akuntan profesional dan laporan keuangan
yang berkualitas makin dibutuhkan. Untuk
membangun profesi akuntan yang berkualitas, perguruan tinggi berperan dalam
menyiapkan calon akuntan yang memiliki basic
requirement seperti telah ditetapkan International Accounting Education Standards Board (IAESB) IFAC.
Christina berpendapat, beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia telah
menyesuaikan kurikulumnya dengan standar tersebut, namun banyak perguruan
tinggi lain belum menggunakan standar itu. Padahal profesi dalam menetapkan
standar ujian sertifikasi untuk menuju akuntan profesional telah menggunakan
standar ini. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antar lulusan
perguruan tinggi.
Indonesia memiliki banyak
akuntan profesional yang memenuhi kualitas setara dengan akuntan global. Namun
secara kuantitas, jumlahnya masih jauh dari cukup. Kondisi ini juga terjadi di
negara-negara ASEAN lainnya. Data Bank Dunia dan ASEAN Federation of Accountants (AFA)
Report 2014 menyebutkan, di sebagian besar negara ASEAN terjadi kekurangan
akuntan profesional dengan kualifikasi setara standar internasional.
Anggota Dewan Pengurus
Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN IAI) yang juga Anggota
IAESB, Prof. Sidharta Utama menyatakan, Indonesia memiliki 265.498
mahasiswa akuntansi pada 2014, dan lebih dari 30 ribu lulusan S-1
Akuntansi setiap tahun. Namun dari jumlah itu hanya sedikit yang akhirnya
menjadi akuntan profesional dan menjadi anggota organisasi profesi. Padahal
dengan bergabung di profesi, seorang akuntan profesional dapat terus
mengembangkan kompetensi dan dijaga kode etiknya.
“Kita harus mengejar kuantitas
akuntan agar memadai dalam mendukung perekonomian nasional. Namun jangan sampai
mengorbankan kualitas dalam upaya mengejar kuantitas.
Adanya Sertifikasi Chartered Accountant (CA) Indonesia dibangun
untuk memenuhi kualifikasi itu,” kata Sidharta. Untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing Indonesia di ranah global,
diperlukan SDM akuntan profesional yang memadai secara kualitas dan kuantitas.
Ini juga sejalan dengan upaya yang dilakukan negara-negara G-20 dan prioritas
Bank Dunia terkait pengembangan SDM.
Sementara anggota Dewan
Sertifikasi Akuntan Profesional Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAP IAI), Setio Anggoro Dewo mengatakan, akuntan
profesional hari ini selain harus memiliki kompetensi inti, juga harus dibekali
dengan berbagai skill lainnya. Perkembangan model bisnis yang makin
kompleks di era globalisasi, harus diimbangi dengan penguasaan skill seperti
teknik komunikasi dan networking, teknologi informasi, database, teknik
negosiasi, skill presentasi, hingga kemampuan data
analytic dan leadership,” terangnya.
Setio yang juga CFO
Trakindo Utama itu melihat, akuntan sebagai CFO saat ini sudah harus
terbiasa dengan customer experience dan data
analytic dalam rangka memastikan
peningkatan revenue. Karena itu,
ia mengharapkan perguruan tinggi sebagai penyedia calon akuntan profesional,
bisa menjadikan kebutuhan itu dalam penyusunan kurikulum pengajarannya. Model
bisnis di era revolusi digital sudah jauh berubah. Akuntan profesional harus
mempersiapkan diri dan perguruan tinggi sebagai fondasi harus menyesuaikan dengan
kebutuhan yang ada.
Workshop ini diselenggarakan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dengan dukungan Bank Dunia dan Institute of Chartered Accountants in
England and Wales (ICAEW) dan diikuti oleh para kepala program
studi akuntansi lebih dari 100 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.Bertujuan untuk
sinkronisasi silabus pengajaran S-1 Akuntansi dan mempermudah transfer knowledge agar mampu menjembatani
mahasiswa akuntansi menjadi akuntan profesional melalui sertifikasi
CA. Dalam kesempatan itu, IAI juga menyelenggarakan yudisium terhadap
lulusan ujian sertifikasi CA periode I dan II tahun 2016.
Tags:
akuntansikeuangan